Rabu, 23 Juli 2008

Noorhayati Cacat Tapi Tetap Smangat

Noorhayati,

Balikpapan, TRIBUN. Menyusuri kawasan jalan tras Samarinda-Balikpapan, Tribun menjumpai sesosok anak yang cacat pada kedua kaki dan tangannya. Noorhayati (12), anak sulung dari dua bersaudara pasangan M Iliannur dan Syahrianti yang bermukim di kelurahan Sei Merdeka Km 38 ini, memiliki keinginan kuat untuk dapat menempuh pendidikan di bangku sekolah. Dukungan orang tua, guru dan teman-temannya semakin memantapkan keinginannya untuk tetap dapat bersekolah. Setelah menyelesaikan pendidikannya di tingkat sekolah dasar 011, MTS Negeri I Samboja di Sei Seluang menjadi pilihan yati (panggilan akrabnya) untuk melanjutkan pendidikan kejenjang yang lebih tinggi. Keterbatasan pada dirinya tidak menjadi penghalang untuk tetap bersekolah. Pukul tujuh pagi ia diantar menggunakan sepeda motor oleh ayahnya kesekolah yang berjarak sekitar tujuh kilometer dari tempat ia tinggal. Menurut penuturan Suwadi selaku Wakil Kepala Sekolah MTSN I samboja, Yati sosok yang mudah bergaul dengan teman-temannya. tidak ada perasaan malu atau ragu untuk bercengkrama dengan teman-temannya begitu pula sebaliknya. Agama Islam terutama pembahasan mengenai Fiqih merupakan mata pelajaran yang paling Yati senangi. Hal tersebut memancing Tribun untuk menyusuri lebih dalam mengenai aktifitas kesehariannya. Layaknya anak normal lainya, makan, mandi, pakai baju dilakukannya sendiri. Tulisan tangannya pun tidak pelik layaknya tulisan anak normal pada umumnya.Rapi dan bagus dilihat mata. Mandiri sikap dan pribadinya mencerminkan kemauan yang tinggi untuk berusaha sendiri tanpa merepotkan orang lain. Pada sore hari Yati mengisi waktu dengan bermain bersama teman-temannya. Tidak tergambar rasa sedih dan minder diwajahnya. Tawa riang dan canda larut bersama kesibukannya bermain.

Selama kurang lebih 12 tahun M Iliannur menghidupi keluarganya dengan bekerja sebagai penjaga masjid. Sebelumnya ia juga pernah bekerja sebagai pekerja bangunan. Ia dan istrinya senantiasa merawat dan mendidik kedua anaknya dengan segala curahan kasih sayang yang mereka miliki. Seluruh perhatian mereka tumpahkan kepada Noorhayati dan Ahmad Maulana Anak-anak mereka. Tidak ada rasa penyesalan diwajah mereka berdua ketika Noorhayati lahir kedunia. keadaan tangan dan kakinya yang cacat itu tidak menyurutkan kasih sayang mereka berdua. Semua dihadapi dengan ikhlas dan lapang dada. Ada Firasat ketika Noorhayati masih berusia 7 bulan dalam kandungan. Ketika itu M Iliannur masih berprofesi sebagai pekerja bangunan. Ia mengisahkan pernah bermimpi menerima seorang bayi dari sesosok pria berbusana adat jawa yang datang padanya dan menyerahkan seorang bayi. namun ketika menggendong bayi itu, tiba-tiba saja kaki bayi itu lepas. Tersentak kaget dan terbangun, Ia pun menceritakan mimpi itu pada teman - temannya. yang diyakini teman-temannya sebagai bunga mimpi. kejadian itupun diceritakan pada Syahrianti istrinya. Ia pun menyakininya sebagai firasat dan berusaha tabah apabial hal tersebut menimpa anaknya yang masih dalam kandungan. Dalam masa hamilnya Syahrianti tidak merasakan kejanggalan pada kehamilannya. Pemeriksaan rutinpun senantiasa dilakukannya ke bidan setempat.
Firasat itupun menjadi sebuah kenyataan ketika Noorhayati lahir. Bidan dan adik M Iliannur datang untuk meberitahukan keadaan tersebut. Namun Seakan telah yakin dengan mimpi tersebut, M Iliannur bersikap tabah menghadapi kenyataan tersebut. kala itu ia hanya yakin Noorhayati mengalami cacat pada bagian kakinya saja. Namun kenyataan berkata lain. Tidak hanya kakinya saja, kedua tangannya pun mengalami cacat. Dengan sabar ia memberi pengertian kepada istrinya yang kemudian juga menerima dengan sabar keadaan tersebut. (Imam-UNMUL)

Minggu, 13 Juli 2008

Ice Cream Juara I-Jingle Competition Indosat

GROUP Band Ice Cream, akhirnya keluar sebagai juara pertama di babak final I-Jingle Competition. Group band ini memperoleh polling SMS tertinggi dalam kompetisi yang digelar PT Indosat Cabang Balikpapan, Sabtu (12/7) di Atrium Plaza Balikpapan.

Kompetisi diikuti delapan peserta dan acaranya berjalan dengan meriah serta seru. Masing- masing band mempertunjukan kebolehan mereka dalam membuat jingle Indosat. Jingle yang ditampilkan pun berbeda-beda aliran. Ada aliran pop alternafif, pop dan rock.

George Franklin, Head of Indosat Balikpapan Branch menuturkan, I-Jingle Competition digelar untuk memberikan wadah bagi kawula muda dalam mengasah bakat serta kemampuan anak-anak band, terutama menciptakan jingle dari salah satu produk Indosat --Matrix, Mentari, IM3 dan Straone.

"Di acara ini pun kami juga memberikan nuansa berbeda. Sebab selain finalis membawakan jingle, mereka juga kami tantang membawakan salah satu lagu yang pernah ngetop di era 90-an dengan versi mereka masing-masing," ucap George.

Kata, George, dalam kompetisi kali ini diambil tiga orang pemenang versi polling SMS yang dibuka selama dua bulan, mulai 5 Mei hingga 12 Juli 2008 (15 menit sebelum pengumuman pemenang) dan satu orang pemenang versi pilihan juri.

Dewan juri terdiri dari Natas Indra Jaya (Indosat) dan Rifka (vokalis Rock and Doll Band), memutuskan Line 4 Band keluar sebagai juara favorit pilihan juri. Kriteria penilaian meliputi, penampilan, komposisi musik, originalitas, dan content jingle.
Malam itu suasana final bertambah semarak dengan kehadiran para waria yang tergabung dalam Silverboys. Mereka terdiri dari lima orang, menampilkan tarian kreasi. Ditambah lagi dengan penampilan Rock and Doll Band, sebuah grup band dari Samarinda yang semua personilnya wanita.
Acara ini disponsori Radio SBI FM, Info Channel BKV, Hotel Sagita Balikpapan, Sophie Martin BC Herlin, Blue Sky Hotel, BRI Syariah, Shafira-Gaya Islami, Diva Spa, Malibu Photo Studio, Majesty Spa, Taman Sari Bukit Mutiara, dan Hotel Pacific. (tribun kaltim)

Note: dari Imam
- Layak... group ini dapat bintang. Saya sempat melihat penampilan mereka. Luar biasa. Salut dah, en sukses selalu ya... salam sayang buat para personilnya.

Borneo..

Borneo... Di sini, kukepakkan sayapku, kutambakan hatiku, kuserahkan jiwaku dan kuasah akalku. Di sini pula, aku benamkan kaki-kaki ikhlasku untuk meraih semuanya --keridhoan dari-MU. Aku berjalan dengan kepalaku, berjalan dengan tanganku, hatiku, jiwaku, mataku, hidungku dan semuanya demi anak-anak bangsa dan negeri ini.

Tetapi, aku yakin, aku akan lebih berharga jika aku berjalan dengan pikiranku dan bukan kata-kata. Di sini pula kutuangkan segala angan-anganku. Aku tahu bahwa angan-angan itu tak pernah dan tak pernah bisa tercapai, karena ada satu garis yang harus dilalui semua manusia.

Garis itu amat mengerikan buat manusia-manusia tak berakal atau sengaja menidurkan akalnya. Sebaiknya, garis itu amat dirindukan, tetapi tidak diharapkan oleh manusia-manusia yang meyakini bahwa hidup adalah main-main dan akan ada perjalanan lebih panjang serta abadi seperti yang dijanjikan-NYA. Itulah garis ajal.....

Buat saudara-saudaraku, janganlah bermain kepada wilayah realitas subjektif dan objektif saja yang pada akhirnya hanya melahirkan gagasan atau wacana. Sudah saatnya, kita menuju ke satu ruang yang dinamakan realitas konkrit. (imam borneo)